CATHAR_UGM

Sabtu, 27 April 2013 0 comments


CATHAR
“DANCEABILITY” at UGM ( 24 -27 April 2013 )

#Hari pertama#
Pukul 09.00 pagi, saya sudah sampai di depan gedung Perpustakaan Universitas Gajah Mada. Untuk pertama kalinya saya masuk gedung ini, area parkir luas, gedung bersih, masuk kedalam seorang ibu cantik akan menyapa ramah kepada siapapun yang akan berkunjung, termasuk kepada saya yang notabene bukan penduduk kampus ini. Arah sebelah kanan  bertuliskan AMERICAN CORNERS INDONESIA tempat yang akan saya tuju sesuai petunjuk kertas undangan ditangan.
Beberapa orang sedang duduk di sofa berwarna biru laut, ada yang menulis, membaca, utak-utik Hp, dan ada yang serius melihat layar komputer.  Lagi, keramahan khas orang Jogja saya terima dari petugas American Corners.

Belum ada tanda akan dimulai, menurut jam di undangan 09.30 pagi acara dimulai. Ngaret, istilah waktu yang molor bagi orang Indonesia yang sudah terkenal dimanca negara. Terlihat disisi belakang saya, 3 orang berkebangsaan Amerika sedang berbincang – bincang dengan seorang laki-laki. Muka mereka terlihat cemas, berkali-kali mereka melihat jam.
Pukul 10.00 pagi acara baru dapat dimulai, dengan sedikit memaksa para undangan yang hanya berjumlah 10 orang ( 10 lainya belum hadir ).

Mr. Alito, sang guru, maestro tari dari Amerika yang akan menjadi guru kami dalam beberapa hari kedepan memperkenalkan diri.

Deso mowo coro, begitulah pelajaran tata karma yang saya pelajari hari ini yaitu ;
Sebelum pembelajaran dimulai dan diakhiri, sang guru yang berkebangsaan Amerika. Akan mengumpulkan kami dalam sebuah lingkaran dengan beralaskan busa tipis ( hampir mirip dengan Jepang).
Dalam lingkaran tersebut, tak ada yang boleh bercerita atau "ngobrol" sendiri sebelum sang guru memulainya.

WAKTU baginya adalah EMAS.
Dia akan menunjukkan muka tidak bersahabat manakala kita dengan seenaknya bercerita "ngalor - ngidul". Patut kita tiru.

#Hari kedua#
Saya datang lebih awal dari yang kemarin, ini pukul 08.00 pagi. Suasana perpustakaan masih sepi, sengaja memang saya rencanakan. Pagi ini saya ingin menikmati fasilitas yang disediakan “Ngenet gratisan” hehe. Dan tak lupa saya tulis status di facebook :
Gedung ini berlantai 7, masuk dalam daftar kampus tertua.
sambil menunggu Mr. Alito dari Amerika.

Aku duduk.
“Setelah Afganistan sekarang Tajikistan,...
"miskin, tak punya uang, bukanlah tolak ukur peradaban. Di tajikistan, jangan memandang rendah orang miskin. Seorang penganggur di Vrang, lima kilometer kearah hulu dari Tughoz, dengan fasih menunjukkan wawasannya yang luas, "ada
empat pulau besar di Indonesia. Yava, Sumatera, Kalimantan, dan ....satu lagi ...hmmm...apa ya?" Ia berpikir lalu berseru " oh, ya Sulavesi!"
mungkin Papua masih belum terselip dalam buku pelajaranya waktu sekolah dulu. Tetapi itu teramat lumayan. Coba bandingkan dengan respons kalangan terpelajar di Jakarta kalau ditanya tentang nama-nama provinsi di Tajikistan. Adakah yang tahu?"

Haha....saya terkekeh sendiri, mentertawakan kebodohanku.
Dari balik buku ini aku bisa melihat dunia, Karena BUKU ADALAH JENDELA DUNIA.

           Puas. Saya kembali bergabung dengan beberapa teman yang sudah datang, secangkir kopi creamer mengepul dengan harumnya yang khas mengawali canda tawa pagi ini.
Dan seperti kesepakatan yang telah kami buat hari ini tak ada yang boleh terlambat. Pukul 09.30 acara dimulai. Dan berakhir pukul 16.30 sore.
           Masih dua hari lagi kegiatan ini berlangsung dikampus tertua, Yogyakarta. Badan sudah remuk, bukan istilah yang berlebihan karena memang semua sendi tubuhku kaku, ngilu, njarem hingga kondisi ini terbawa sampai ke alam yang katanya bunga tidur.
          DANCEABILITY, istilah lain untuk tari anak berkebutuhan khusus. Jangan bertanya, bagaimana melakukanya...
Kegiatan yang seharusnya berlangsung selama 10 hari dirangkum dalam 4 hari. Menari, menari dan menari. Kegiatan yang tidak pernah aku suka!!, dan karena itulah mungkin "Ibu Koordinator" berbaik hati mengutusku untuk kuliah 4 hari disini.
Semula, aku malu-malu melakukannya. Kaku. Bagaimana tidak aku dikelilingi 19 teman yang ahli dibidang ini ; Dosen tari, mahasiswa tari, ahli tari dari medan, Amerika dan penari klasik keraton Ngayogyakarta.
La aku apaaaa?!!

           Hari kedua, aku teringat kata dari sang guru Mr. Alito. Tari adalah gerak, dan bahkan dalam diam engkau mampu bergerak. Maka dihari kedua, aku benar-benar bergerak. Aku merangkak, berputar, berbaring, terlentang, dan jika sudah habis ide untuk bergerak aku diam, diam ditengah tanpa bergerak sedikitpun sambil mengamati teman-temanku yang dengan lemah gemulai menari.

#Hari ketiga dan keempat#
Ternyata ketika badan saya capek pikiran saya tidak bisa diajak diskusi untuk menulis sehingga terpaksa kemarin vakum menulis.
Selama empat hari ini saya benar-benar dilatih menjadi diri saya sendiri.
Berusaha menerima KEKURANGAN menjadi sebuah KELEBIHAN.
          Seperti yang saya ceritakan diawal hari pertama dan kedua saya mengikuti kegiatan ini, "saya tidak suka menari dan tidak bisa menari".
Saya hanya bisa bergerak berguling-gulin­g, berputar dan tengkurap, terlentang.
Maka pada hari ketiga dan keempat saya menemukan KELEBIHAN saya. (he...heeee dalam rangka menghiibur diri)
Ya!!! Saya hafal gerakan yang saya pelajari kurang lebih 11 tahun yang lalu di SMA selama 2 tahunan.
Gerakan yang mengendap dialam bawah sadar itu bisa begitu saja keluar, mulai dari jurus sabuk tingkat 1 sampai dengan sabuk tingkat tiga.
Dan tahukah kawan Mr. Alito sang Koreografi Dance's berkata ;
" Beautifully Dance's"

Dan begitulah aku mulai senang dan menemukan sebuah tarian yang pas buat diri saya tanpa harus saya rubah diri saya.
Saya beri nama "SUPER HERO DANCE'S"






Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. My Note's - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger