“Kalo mahasiswa cocoknya “ngeles”!
Apalagi jurusan kita pendidikan, mau
jadi apa kalo dagang mulu.”
“Ihh, malu – maluin masak dodolan, ngeles gitu,
bikin terima skripsi, terjemahin buku, artikel, nulis-nulis apa, mahasiswa
calon guru kok dagang.”
Diskusi antar teman kami, ikut juga aku nimbrung.
Tersenyum, itu aku. Seusai matakuliah Kewirausahaan.
Betul, sih. Mahasiswa pendidikan calon guru
cocoknya ngeles bukan dagang bunga atau malah bikin roti.
Resmilah saya terpengaruh. Calling teman-teman, tanya
sana sini, pasang iklan kecik dipapan kampus, siapa tahu! Ada yang membutuhkan
otakku.
Lain dengan teman kos, mereka mentertawakanku.
“Ngapain mbak, mau ngelesi?
Ahh, mbak! Bukan dah lebih tuh jatah dari orangtua,
tinggal call aja… kirim… gesek, cepetkan. Jangan nyusahin hidup yang dah enak
gitu, mbak.”
Hmmm,…ini juga betul. Uang kiriman dari Orangtuaku
tiap bulan terbilang cukup dan ditambah pesan Ayah “Jika habis segera telepon”.
Entahlahhh!! Dibilang menyusahkan diri sendiri atau
memang gaya “sok” saya. Saya tak tega jika harus berpangku tangan terima uang
bulanan dari Orangtua, meski tak kupungkiri uang bulanan tetap kuterima dengan
senang hati. Secercah sinar bangga hadir manakala satu rupiah dapat kuhasilkan
dari otot dan otak sendiri. Senyum kepuasan, “aku bisa”.
Berminggu-minggu saya menunggu ada yang menawarkan
les buat saya, pasang iklan belum ada yang berminat.
Hhaaa…sebuah sms masuk, meminta saya untuk
menggantikan mengajar seorang anak dengan gangguan belajar. Pucuk dicinta Ulam
tiba. Tak perlu menunggu lama, kubalas. Ya, Siap.
Terbilang sukses malam itu saya mengajar. Hanya berselang
2 kali pertemuan. Teman saya kembali sms, meminta maaf jika lesnya diminta
kembali. Dengan hati berat, kuserahkan dia kepadanya, sambil berbasa-basi
berpesan jika nanti ada yang perlu otakku, aku siap.
Seperti menunggu ketidakpastian. Sore, saat saya
ingin kesana kemari bertemu dengan kawan lama, kawan saya sudah sukses dengan “KUE”
nya. Ya, itu dia kawan teman saya dulu membuat roti. Saya mendaftarkan diri
menjadi Sales.
Tiap sore, kuantar roti Brownies kebeberapa tempat,
kos-kos an, warung angkringan, dll. 2 sampai dengan 3 hari saya datang
mengambil uang. Semakin banyak kotak
yang saya antar, semakin banyak rupiah masuk ke kantongku, cring…cring…cring.
Bayangkan, 1 brownies labanya Rp 150,00 jika dikali
20 brownies isi 1 kotaknya maka uang yang saya hasilkan perkotak Rp 3000,00.
jika saya ambil 12 kotak setiap minggu maka labanya Rp 36.000,00. Dikalikan 4
minggu dikurangi sedikit untuk beli bensin, …Lumayan besar penghasilan saya
untuk ukuran mahasiswa saat itu.
Saya menjadi belajar.
Saya harus puas dengan kemampuan saya sendiri dalam
berusaha…
Posting Komentar