Bukan Kuburan Band, hanya …
Terinspirasi nama sebuah band, dengan semua personilnya
mencoreng-moreng wajahnya itulah kami yang terdiri dari guru, administrasi,
petugas UKS, satpam dan CS berubah rupa.
Dance….tari….joget….jaipongan melebur tumpah ruah jadi satu, lagu
dangdut…jaipongan…senam skj…sampai sindenan. 3 bulanan kami melatih diri,
merubah rupa, menetrampilkan diri.
Terbiasa berada dibalik meja, didepan papan putih, memegang
bolpoin, coret-coret, usek-usekk mouse, pegang sapu, pegang obat, atur sana-
atur sini. Baju kemeja rapi, stelan baju elegan, tatanan rambut klimis, corak
warna-warni muka cantik semua kebiasaan itu harus kami tanggalkan.
Iya, kami berlatih menari, seminggu dua kali pulang sekolah.
Hahahahah…….kami tertawa terpingkal-pingkal mendapati diri kami dikaca menari
bak robot, robot dan robot.
Cklik….lagu diputar, cklik …putar lagi begitu seterusnya
berulang-ulang menirukan gerakan sang koreografi tari yang kami "culik" dari
ISI.
Tarian ini kami namakan “kuda lumping makan kembang kertas”. Tahu
filosofinya??? hehe jangan bertanya ya… karena tarian ini hanya untuk kami
bersenang-senang menggugurkan kewajiban.
Menyambut kemeriahan HUT BMD yang ke 24, kami semua karyawan
diwajibkan menampilkan sebuah tarian. Bukan hanya tari saja, keunikan kostum
juga jadi penilaian sang juri yang didatangkan khusus dari Pakar seni
Yogyakarta, Dosen Tari, sang pemilik yayasan dll.
Karena bukan moment biasa, digerakkan oleh orang biasa, tarian
kami “luar biasa” semua para peserta mendapatkan applause. Plak..plakk…plakk
Maka jangan heran !
Artistik seni |
Wajah kami seperti ini. Artistic seni begitu katanya.
Tahulah mereka yang mengerti seni. Bagiku ini pengalaman yang mendebarkan.
Di Panggung, menari disaksikan banyak orang.
Sesekali jepret ! jepret !
Belum, kamera salah satu televisi swasta Yogyakarta meliput acara ini.
Untung hanya 7 menit.
Selesai
Wajah natural |
Posting Komentar