KETELA

Minggu, 26 Mei 2013 0 comments


Pembaringan. Masa bed rest 2 hari hampir lewat. Kamar dinding hijau kalem, bed single, sebuah meja kecil tempat obat dan sebotol infuse ysng masih menggantung tinggal sedikit lagi akan habis.


Telepon tadi pagi membawa keharuan tersendiri dari berpuluh haru hari ini.

Juara 1. Begitu kawan saya yang seorang guru terapis memberi selamat kepada saya, dia masih diseberang sana tempat acara besar sedang berlangsung. Hari ini bangsa Indonesia sedang khidmat menyanyikan lagu kebanggaan “Indonesia Raya”, HUT RI ke …


Rumah sakit Kustati, Solo kamar 2

Seorang wanita paruh baya masuk bersama 2 orang wanita muda, pakaian mereka sama semua putih. Tersenyum. Memecah keheningan kamar kustati 2, “sudah siap, 15 menit lagi”.


“ketela!!!” seru beberapa guru membaca dua carik kertas berkop resmi dari Yayasan.

Saya langsung didaulat ikut kompetisi lomba memasak. Tentu itu tadi bahan utamanya “ketela”, sederhana. Bukan itu, nilai pada tema yang diangkat dan resep baru yang dihasilkan.

Seminggu

2 hari terpakai melihat-lihat buku resep aneka panganan dari ketela diperpustakaan sekolah, browsing mbah google, Tanya sana- Tanya sini. Printt….

4 hari waktu yang tersisa. Saban sore pulang kerja hunting ke pasar legi, cari ketela dan bahan-bahan lainya, malam kugunakan untuk mengolah aneka resep dicampur beberapa ide baru yang muncul. Pagi, kubawa panganan asli ketela bentuk pudding dan cake ke tempat kerja. Riuh…..satu dua orang memuji, selebihnya mengkritik. Bagian yang saya senang. Dengan begitu saya belajar. Begitu seterusnya selama 4 hari waktu yang tersisa.

Sampai hari mendebarkan tiba, hari lomba digelar. 6 kelompok, menyajikan berbagai panganan istimewa. 2 menu special terhidang. Pudding merah putih dan cake ketela. Hasil ramuanku 4 hari ini.

……

Rumah sakit Kustati, Solo 

Dokter wanita dihadapanku melepas kacamatanya, suara terasa berat keluar dari bibirnya “maaf, lebih baik segera. 0,5 persen.”

Mendung bergelayut diruang putih, meski tak hujan. Keputusan terlalu dini, masih 2 bulan lagi. Apa daya….pecah tangis yang aku tahan, mencoba tegar.

….

15 menit berlalu. Baju hijau telah terpasang. 2 orang perawat mendorong tempat tidurku, masuk kesebuah ruang. Disana telah menanti 3 petugas bercadar memakai baju yang sama yang kukenakan, hijau. Aneka peralatan medis yang tak kukenal tergeletak rapi, semua cekatan. Hingga lagu laskar pelangi mengalun merdu, bayangan semu memudar, …..gelap.

….

20 Agustus 2009
1 Ramadhan, Malam

Tak ada tangis. 1,7 kg. Premature. Laki-laki.


Hari yang seharusnya membanggakan untuk ku dan hadiah untuk si kecil dalam perutku yang menginjak usia 7 bulan. Aku hampir lupa jika aku hamil. Kesibukan berkutat dengan ketela, melenakan kesehatan kandunganku. Hari itu, saat keluhan baru kurasakan, kelelahan tak terperikan, terlambat. Dokter masih memberiku 2 hari untuk bedrest. Selebihnya tindakan Operasi harus segera diambil.


Kulihat, dia disana. Dibalik kaca, tempat 1 _ 2 bayi mungil ditempatkan. Kulihat dia disana tanpa balut kain, tertempel didadamu sebuah isolasi putih bersama infuse. Perih…. Hujan dilangit kustati. Sayang … andai aku bisa menggantikanmu.

Teruntuk putraku _ Umar Said Abdullah Aziz
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. My Note's - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger