Min ...
Hari ini aku sedang kesal, sedikit jengkel dan agak dongkol.
Apa ??? kau tak melihat kalau aku sedang seperti itu. Bersemu merah ?
Min, ...
Hari ini aku kehilangan dua hal yang paling berharga. Kamu tahu ? Tentu.
Kamu kan teman setiaku, setiap hari kamu tak lelah mendengar cuap-cuapku.
Min,...
Engkau masih ingat ceritaku 15 tahun yang lalu. Sudah lama ya ? Aku menunggunya dibawah pohon mahoni, pohon depan kelas, sambil menunggu kugenggam kertas folio bergaris bertuliskan rapi. Aku menunggunya dibawah pohon mahoni, tempat kami suka belajar Matematika, Fisika dan Kimia. Tempat merenung jika nilai-nilai ujian jelek, tempat bertukar cerita kala mentari berada diatas kepala, perut keroncong tak ada uang dikantong. Kita tertawa, bukan saja aku dan dia, masih ada lima teman lainnya. Aku menunggunya. Sampai detik kepulangan tak kutemukan yang kucari.
Ahhh...!!!
Aku sebal, min. Mungkin sesebal sekarang.
Min, ...
Kenapa aku harus mengenal macam orang macam dia, egois. Setelah menerbangkan harapan setinggi angkasa. Aku dibiarkan turun tanpa sayap. Jatuh, berdebum. Tubuhku tak berdarah, tak ada cacat fisik, kakiku masih utuh tak perlu teramputasi, semuanya masih sedia kala, sama. Namun ada yang luka, bagian dalam rongga dada sebelah sini terasa ngilu, ngilu...
Min, ...
Meski sudah 15 tahun lalu, kisah ini berulang kembali.
Pergi tanpa pesan.
Hanya untuk sekedar selamat tinggal, itupun tak tertinggal.
Bah !!!
Teman macam apa ini.
CERMIN
Hari ini ketika sms ku tak berbalas, aku memutuskan untuk mengakhiri semuanya.
Mengakhiri ???
Kapan aku memulai.
*Sedang jengkel, ketika sms tidak dibalas...menunggu yg membosankan..taraa..jadi cerita*
Hari ini aku sedang kesal, sedikit jengkel dan agak dongkol.
Apa ??? kau tak melihat kalau aku sedang seperti itu. Bersemu merah ?
Min, ...
Hari ini aku kehilangan dua hal yang paling berharga. Kamu tahu ? Tentu.
Kamu kan teman setiaku, setiap hari kamu tak lelah mendengar cuap-cuapku.
Min,...
Engkau masih ingat ceritaku 15 tahun yang lalu. Sudah lama ya ? Aku menunggunya dibawah pohon mahoni, pohon depan kelas, sambil menunggu kugenggam kertas folio bergaris bertuliskan rapi. Aku menunggunya dibawah pohon mahoni, tempat kami suka belajar Matematika, Fisika dan Kimia. Tempat merenung jika nilai-nilai ujian jelek, tempat bertukar cerita kala mentari berada diatas kepala, perut keroncong tak ada uang dikantong. Kita tertawa, bukan saja aku dan dia, masih ada lima teman lainnya. Aku menunggunya. Sampai detik kepulangan tak kutemukan yang kucari.
Ahhh...!!!
Aku sebal, min. Mungkin sesebal sekarang.
Min, ...
Kenapa aku harus mengenal macam orang macam dia, egois. Setelah menerbangkan harapan setinggi angkasa. Aku dibiarkan turun tanpa sayap. Jatuh, berdebum. Tubuhku tak berdarah, tak ada cacat fisik, kakiku masih utuh tak perlu teramputasi, semuanya masih sedia kala, sama. Namun ada yang luka, bagian dalam rongga dada sebelah sini terasa ngilu, ngilu...
Min, ...
Meski sudah 15 tahun lalu, kisah ini berulang kembali.
Pergi tanpa pesan.
Hanya untuk sekedar selamat tinggal, itupun tak tertinggal.
Bah !!!
Teman macam apa ini.
CERMIN
Hari ini ketika sms ku tak berbalas, aku memutuskan untuk mengakhiri semuanya.
Mengakhiri ???
Kapan aku memulai.
*Sedang jengkel, ketika sms tidak dibalas...menunggu yg membosankan..taraa..jadi cerita*
+ comments + 1 comments
sapa sih,mbak yg ditunggu..?
mahoni,wah berarti ipa² dong..
haha-ah...sekedar tebakan.
Posting Komentar