Buku sudah tergeletak disisi samping kanan kiri.
Laptop menyala terang, seterang mata ku.
Soal satu sampai dengan kesekian soal habis kusantap.
Tak cukup dengan do'a, belajar pun perlu.
Malam kesekian, disela-sela aneka soal yang dah jadi santapanku akhir ini.
Ku buka hape, berharap sms ada yang masuk, "balasan".
Nihil.
Aku masih berharap, sahabatku itu membalas sms ku yang telah terlantar.
Tak terhiraukan, atau mungkin tak terdeteksi keberadaannya, karena kecanggihan pengalihan sang verronica.
Ketika kutanya Ariel, dia tak tahu "Ada apa denganmu? .
Ku tanya Ayu, "kemana-kemana...kemana", akhirnya kutanya saja Fadli, disuruhnya aku "menanti sebuah jawaban", nah lo! gimana coba.
Errrrggghhh...
Begini tho ternyata rasanya, hati gundah gulana menanti sebuah jawaban yang tak pasti datang dan adanya.
Begini tho ternyata rasanya dicueki, habis-habisan.
Ooooo...
Begini tho rasanya terputus komunikasi secara total dengan sahabat.
Dan aku baru tersadar, diriku adanya selalu seperti ini perlu ada yang menampar...plakkk... baru akan ngeh...
Maka nya mereka yang ngaku sahabatku, satu per satu tak betah disisiku ' ngabur '.
Sekian sifat jelek masih melekat erat, 'ceroboh, gaptek, nyebelin, dan galak'.
Walah-walah ternyata AKU.
Posting Komentar