Kabar itu mendadak membuatku terpatung. Kabar jikalau anakku tak lulus uji tes masuk SD. Ku tilik dia, kabar itu begitu saja ku berikan tanpa berpikir ternyata melukai sisi batinnya. Dia terlihat murung.
Separuh hatiku sudah ku serahkan padaNya, biarlah kalo memang bukan yang terbaik, jalan lain masih ada.
Siang ini, ku beranikan diri menghadap ke sekolah. Ku lihat sejenak di papan pengumuman hanya satu nama yang tak di terima, itu anakku. Yang lain masih mending "diterima dengan syarat".
Dadaku sesak, gerimis yang tak ku undang satu demi satu berguguran di kelopak mataku, aku mencoba berpikir positif. Bisa jadi tidak di terima karena usianya 6 tahun 6 bulan, bisa jadi karena hasil tesnya mepet, bisa jadi karena dia ketika tes belum PD.
Entah, sisi lain, menolak argumen.
Sekolah swasta biasa menerima anak usia 6 tahun bahkan kurang, sekolah swasta biasa menerima anak dengan tes mepet yang terpenting uang ada, begitu kan.
Saya ingat wawancara kemarin, lebih kepada sang penanya yang tak percaya saya sebagai single parents mampu menyekolahkan anaknya disini,...duh Ya Allah. Karena itukah.
Ku tepis pergolakan batinku.
Ambil saja ibbrohya.
Buang segala yang negatif, tidak semua masalah dapat terselesaikan saat ini.
Ku endapkan sejenak pikiran yang menggelayut tak mantap.
Pasti ada jalan keluar.
Posting Komentar