Gadis
kecil itu berusia 2,5 tahun saat ayahnya sore itu pamit dan tak pernah kembali.
Gadis
kecil itu tak mengerti, ibunya selalu menangis saat ia tanya ayah kepadanya.
Gadis kecil itu tak mengerti arti tatapan orang – orang disekitarnya yang
bersedih.
Gadis
kecil itu juga tak paham, malam menjelang dalam tidurnya ayah selalu datang.
Gadis kecil itu hanya mampu menangis dan berontak.
Gadis
kecil itu selalu dan selalu bertanya, jika pergi mengapa tak pernah kembali.
Hingga siang
itu…
Allah
mempunyai rencana. Gadis kecil bermain bersama teman sepermainan beda usia.
Dalam petualangan mereka bermain dipetak sawah, mereka menemukan seekor anak
ayam yang telah kaku, mati.
Kasihan!
mereka membuat lubang tak seberapa dalam dengan tangan-tangan mungil dan
menguburnya. Sambil berdo’a untuk sang ayam.
Gadis
kecil melihat, gadis kecil itu belajar dan gadis kecil itu terus menyimpan
seribu tanya dalam pikirnya.
Malam
seribu kunang. Seribu Tanya siap ia terbangkan kepada sang ibu.
“Ibu,
kenapa ayam bisa mati”
“ibu,
ayam mati harus dikubur”
“Ibu,
apa ayam yang dikubur bisa hidup kembali”
“ibu,
kasihan ayam yang dikubur tertutup tanah”
“Bu,…”
Hati
sang ibu gerimis. Sudah saatnya gadis kecil itu tahu diusia nya 2,5 tahun.
Wahai
duhai gadis kecil, putih hatimu, dengarkan ibu.
“setiap
maklhuk yang hidup pasti mati. Ayam itu makhluk yang hidup, sudah saatnya mati
kembali kepada Allah sang pencipta.
Ayah juga maklhuk hidup, ayah juga dapat mati
(meninggal) kembali kepada Allah. Do’akan selalu ayah disana, gadis kecilku.”
Sang gadis
kecil terdiam seribu kata menatap wajah ibunya. Hingga terlelap dalam buaian
mimpi indah. Dia tersenyum dalam lelapnya menyisakan pertanyaan untuk esok.
“Ibu,
kalo ibu mati apa bisa ketemu ayah”
“Insya
Allah” jawab sang ibu dengan tenang
Posting Komentar