WUYUNG

Senin, 13 Mei 2013 0 comments



Bersiap-siap sudah kulakukan, pukul 06.00 pagi. Kuhadang dirinya dipinggir jalan. Berdiri mematung, mata melotot, sesekali masih sempat melihat jam. Menunggu adalah pekerjaan yang paling membosankan. Mungkin!! tidak bagi beberapa orang yang sedang “wuyung”.
Satu dari pengobat rindu adalah bertemu. Maka dalam rangka bertemu itu saya melakukan perjalanan ini.  

Di ujung jalan menanjak, kulihat  adi sumarno meluncur dengan kecepatan sedang. Ku lambaikan tangan kiri, tanda aku disini mau naik. Tak jua berhenti, dia tak mengindahkanku yang telah menunggunya satu jam. Ku putar jalan sedikit, beberapa meter dari tempatku semula. Dan, Langsung jaya datang memberiku tumpangan pagi ini.

Perjalanan Yogyakarta – Solo, berhenti diTerminal Tirtonadi. Terminal yang sempat tenar dengan lagunya Didi kempot kini sedang dalam renovasi pembangunan. Terminal ini juga banyak mengingatkan ku beberapa kejadian yang pernah singgah dalam hidupku. Terutama copet, preman dan teman-temannya. Meski bukan jalan melawan mereka, setidaknya ini aman bagi saya melewati terminal ini, segepok receh sudah ada dalam kantong.

Tiba-tiba terdengar bunyi perut keroncongan. Ooops,…..itu dari perutku. Berjalan sambil awas melihat keatas, mencari tulisan “Purwodadi”. Dan masih diujung sana dekat dengan pintu keluar, lumayan.

Sepi, itu pukul 08.00, ku bawa kaki ini menuju warung didepan tulisan “Purwodadi”. Di warung itu telah berdiri dengan rapi 2 mas-mas (karena masih muda, kupanggil mas-mas), warung belum ada pembeli. Ku sodorkan 1 cup mie dan botol kosong 500ml yang kuambil dari dalam tas. Kupesan air panas dan air dingin. Sambil tersenyum setelah melayani pesanan saya yang simple itu, mas  pemilik warung yang baik hati itu tak mau ku beri uang alias GRATIS. Alhamdulillah, dijaman edan dan tempat sarang preman seperti ini masih ada yang baik hati.

Sambil tersenyum mengucap terima kasih, cup mie panas dengan harumnya kuah soto kubawa naik kedalam bis RELA yang baru saja datang. Benar!! Belum meluncur jauh dari terminal 3 orang berpakaian serba hitam salah satunya membawa alat semacam rebana, menyanyi lagu 5 baris milik Kangen Band. Nyanyiannya selesai, tangan kekar disodorkan kearahku. Karena lama, sambil memegang mie dan cari-cari dikantong, tangan kekar itu sudah berubah wujud jempol kuku yang tajam yang diarahkan ke leherku. Glekkk… meski aku pernah belajar ilmu bela diri, aku juga punya rasa ngerii kalo lihat ancaman seperti ini,…..

Terminal Purwodadi, pukul 11.30 menjelang siang. Dalam beberapa kesempatan  menunggu bis, aku senang mengamati banyak karakter orang lewat pekerjaannya. Penjaga peron, penjaga toilet, pedagang asongan, penyapu bis, sampai calo bis. Tapi hari ini saya sedang malas untuk bertanya-tanya kepada pedagang asongan yang sedari tadi ada didekatku menjajakan makanan, maaf bukan tidak menghargai kesusahan mereka mencari uang, namun beberapa kali saya tertipu di terminal karena membeli makanan. Sehingga dengan banyak alasan ini dan itu saya senang membawa bekal sendiri dan jika mau membeli oleh-oleh lebih baik saya beli diluar terminal.

Perjalanan panjang dan cukup membuat bokong panas, 7 jam total perjalanan saya berada di dalam angkotan umum. Desa Kradenan panas, sepanas hatiku yang tak sabar ingin bertemu dengan pangeran kecil. ………
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. My Note's - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger