PIKNIK SMA

Selasa, 21 Mei 2013 0 comments


koordinasi dulu
Foto dengan wali kelas, o o o, ngapain itu teman saya
Piknik atau dalam bahasa lain yang sama artinya wisata, mulai dari TK sampai SMU, diakhir semester atau ketika momen libur panjang mereka para pihak sekolah sering mengadakan kunjungan wisata kebeberapa daerah yang dianggap layak untuk dijadikan tema wisata.

Bagi saya anak desa dengan banyak saudara momen piknik menjadi sangat jarang kami ikuti, selain kami harus berbagi (uang dan kesempatan ) dengan saudara kami. Ayah kami menanamkan rasa keadilan sehingga meski kami tidak mengikuti piknik, kami tetap mendapatkan uang “kompensasi” sebesar biaya piknik. (mungkin ini alasan kuat saya tak pernah ikut piknik, hihi)

Kebayang ketika SD, kami 5 bersaudara, saya anak keempat. Kakak sulung kenaikan SMU ingin melanjutkan kuliah, kakak nomor dua piknik ke Bali, kakak nomor tiga piknik ke Jakarta, dan saya kelas 6 akan piknik ke Yogyakarta. Jika harus menuruti semua keinginan kami anaknya, yang pasti gaji Ayah tak akan cukup. Maka seperti biasa rapat kecil diadakan, setelah sedikit “sentilan, sentilun” kata lain dari petuah orangtua kami dengar. Saya sebagai anak keempat dan masih banyak kesempatan tidak mengikuti piknik ke Yogyakarta, sebagai kompensasi saya mendapatkan uang sebesar biaya piknik. Yang saya ingat, uang dibelikan ibu untuk membeli baju seragam masuk SMP, tas, sepatu baru dan beberapa peralatan tulis.

Memasuki piknik kelas 3 SMP, ke Jakarta. Saya dengan sadar langsung mengajukan diri kepada Ayah tidak akan mengikuti. Karena saya tahu akan dapat uang kompensasi. Uang sebesar biaya piknik saya gunakan untuk membeli beberapa buku di Purwodadi, jaraknya sekitar 28 km dari rumah, tentunya ketika beli saya minta diantar ayah.

Bali. Tujuan wisata yang akan diadakan di SMU kami. Mungkin memang bukan hobi saya piknik, atau karena sudah terdoktrin di otak kalo piknik itu gak enak ( saya tipe pemabuk jika sudah berada didalam angkota umum). Maka jauh-jauh hari saya sudah absen tidak mengikuti piknik, saya punya rencana dengan uang kompensasi yang lumayan besar dari Ayah.

Ya,….. saya ingin membeli sepeda baru dengan uang itu. “Sepeda baru” dengan uang 250 ribu??? Baru buat saya. Saya ajak Ayah ke pasar Kuwu, tempat para pedagang menjual sepeda seken (bekas), Alhamdulillah, sepeda jengki “RRC Phonix” hitam (merek sepeda yang katanya bagus, gitu) sudah menjadi milikku, masih ada sisa beberapa lembar uang puluhan ribu, saya belikan Buku kamus Bahasa Inggris.

Dan ini dia sejarah dalam hidupku mengikuti piknik sekolah. Piknik Yogyakarta tahun 2002 merupakan piknik saya yang pertama kali dalam bangku sekolah bersama teman-teman. Setelah sebelum-sebelum­nya saya tidak pernah mengikuti event yang selalu diadakan pihak sekolah tersebut. Selain karena piknik ini ajang perpisahan kelas 3 IPA 1, saya lebih tertarik dengan nama Yogyakarta itu sendiri, ada maksud lain yang terpendam beberapa tahun yang lalu.

###
Liburan kenaikan kelas 2 SMA, saya merengek kepada ayah untuk pindah sekolah di jogjakarta. Dengan alasan A, B dan C akhirnya orangtuaku merelakanku untuk pergi kejogja mencari sekolah disana. Sekolah berbasis agama saya cari, setelah berkendaraan ke pesantren 1, 2 dan 3 akhirnya pilihan jatuh pada salah satu sekolah. Seminggu berada di jogja membuatku sangat bahagia sambil terus berandai-andai kelas 2 nanti aku sudah sekolah di pesantren ini.
Pulang, saya bersemangat bercerita dan mantap dengan pilihan
sekolah A. Bukan ayah jika tidak unik dallam menggambil keputusan. Pilihan sekolah dijogja harus saya pendam, orangtua ku tak setuju jika aku harus mengulang satu tahun ke belakang. Ngambek seminggu.
Dan saat ada moment piknik ke jogja, semangat saya bermimpi dapat bersekolah dikota pendidikan kembali muncul.

Kembali ke piknik.
Karena minimnya pengalaman piknik mengunjungi tempat - tempat wisata. Saya dan beberapa teman saling bergandengan tangan setelah sebelumnya mampir shalat Maghrib dan Isak dahulu dimasjid dekat parkiran (tertinggal dengan rombongan). Kami bergegas menuju jalan tempat penjualan aneka Souvenir di Jalan Malioboro.

Tak seperti yang diceritakan kawan-kawan kami di bus tentang malioboro, kami berjalan terus berjalan mencari tempat para pedagang berjualan. Setelah kurang lebih 2 jam berjalan kami harus berkumpul kembali didekat bus. Kami berjalan kelelahan (usut punya usut kami nyasar jalan ke alun-alun) dengan tangan hampa, muka kusut, bau kecut.




Malam itu di jogjakarta .... adalah malam tak terlupakan karena rasa malu bertanya sesat di jalan ..... ( Untuk teman-temanku SMA 1 Kradenan, khusus yang pernah nyasar bareng ‘Mbak eti, Umami, Siti, ari Pramono dan Nurwachid.
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. My Note's - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger