CERPEN#1

Minggu, 02 Juni 2013 0 comments



Semua cerita dalam cerpen ini fiksi, jika ada kesamaan, maka itu kebetulan belaka

CINTA SEDERHANA

Andini. Wanita sederhana, wajah biasa, penampilan bersahaja. Mempunyai cinta sederhana untuk seorang laki-laki bernama Burhan. Dua bulan lagi akan menikah. Cinta sederhananya bertaut pada setia dan percaya. Tak perlu syarat mendaki gunung, menyebrang lautan, 1000 candi.

Pertemuan dua keluarga, tanggal pernikahan ditentukan, undangan cetak siap diedarkan, kebaya pengantin berwarna putih dengan kerudung senada dipilih, pesanan makanan sampai hal terkecil selesai dikerjakan. Sebulan penuh sibuk, semua berjalan begitu lancar.


Dan seperti pepatah jawa bilang sebelum janur kuning melengkung. Ijab qabul terucap. Malam pengantin terlaksana, semua dapat berubah. Seperti panas disiang hari berubah menjadi hujan deras. Semua dapat terjadi dalam sebuah perjalanan  cinta.

Laki-laki bernama Burhanuddin telah menelponnya siang itu disaat Andini sedang menulis sebuah nama untuk undangan pernikahan mereka.
“Tak perlu ada yang dimaafkan”. Andini menjawab telepon itu dengan mata menerawang menatap gerimis diluar jendela. Berusaha mengusir sesak yang tiba-tiba bergelayut meninggalkan setitik air diujung matanya.

Laki-laki diujung tempat sana masih melanjutkan seribu cerita.

“Maafkan aku! maafkan aku Andini.

Bukankah kau yang mengatakan cinta tak dapat dipaksa, cinta tak dapat dibeli dengan harta, cinta hadir tak kenal waktu, cinta …

Seperti cinta pertama, aku mencintai wanita itu. Dan pernikahan ini keliru “

 

Hahh!!! Andini berkata dalam hati, bahkan kau tak berpikir dan bertanya bagaimana perasaan kedua keluarga? bagaimana perasaanku?. Tak soal biaya yang sudah keluar, tak soal malu yang kutanggung, tak soal bisik-bisik kawan yang memberondong. Suara Andini hanya mampu tertahan.

“Maafkan aku, Andini. Aku mencintainya. Pada kenyataannya kita tak berjodoh. Aku akan menuntaskan segala kesalahan ini” suara serak laki-laki diseberang tempat sana menutup percakapan mereka.

Andini terpekur menatap kosong undangan diatas meja. Sambil menghela napas dengan sakit didada, Andini mengeluarkan kata, terbata-bata…

“tak perlu ada yang dimaafkan”. Andini kembali terdiam dalam cinta sederhananya kepada Burhanuddin, dia mengenal laki-laki itu semenjak kuliah. Sederhana, halus pekerti. 360 derajat perubahan laki-laki itu sebelum pernikahan mereka yang tinggal menghitung hari.

Andini tak peduli, perempuan mana yang merubah hati laki-laki itu, seperti dirinya tak peduli kepada perasaannya yang berkecamuk mengamuk entah pada siapa.

Cintanya sederhana. Dia tak akan mampu membenci wanita yang hadir tiba-tiba dalam rancangan pernikahan mereka. Andini tahu! Banyak perjalanan cinta dengan segala lika-likunya.

Cintanya sederhana. Harga dirinya menolak untuk mengiba-iba, menangis meminta cinta yang tak lagi untuknya tepat disaat hari bahagia mereka akan segera terlaksana. Cintanya sederhana, meski dia tahu hatinya telah tergores meninggalkan luka yang menganga.

 


 
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. My Note's - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger