####tulisan 2####
Banyak orang berkata “ Jodoh mu bisa dilihat dari kemiripan kamu dengan pasanganmu.
Banyak orang berkata “ Jodoh mu bisa dilihat dari kemiripan kamu dengan pasanganmu.
”Apa kamu percaya ?. Dan masih kata mereka wajah kita
sama, maka kita ditakdirkan Allah untuk
bersatu. Begitukah ? Padahal kataku apanya yang sama, lihat. Kulitku putih,
kamu coklat sawo matang. Hidungku mancung, hidungmu biasa. Mataku sipit, mata
kamu bulat bola kelereng. Alisku lebat, alismu kebalikanku. Jadi memaksalah mereka yang mengatakan wajah kita
mirip.
Kalau tak sama wajah, tentu kebiasaan
kita sama. Masih mengikuti apa kata
mereka. Bahkan mereka tak akan mengira kalau hobymu suka karate, sedang aku
suka merawat bunga.
Tapi jika mau dipaksakan mencari kesamaan. Kita memang sama-sama jatuh
cinta pada pandangan pertama yakni saat
ijab qobul terucap. Saat kau mencium tanganku.
Perkenalkan namaku Farid. Bujang yang baru menikah dengan seorang
gadis bernama Farida. Gadis cantik yang dijodohkan ibu untukku. Meski secara kecantikan masih
kalah dengan wanita paruh baya dirumah, wanita
yang melahirkan dan mendidikku. Ya, siapa lagi Ibu sudah menjadi teman dan orangtua. Sudah
biasa saya bercanda dan bergurau dengan ibu. Untuk masalah jodoh bukan
tak mampu mencari sendiri, aku
sibuk.
Selain tidak banyak yang sama, kami juga sama tidak banyak bercakap.
Padahal sejatinya aku laki-laki humoris. Mungkin kali ini beda, aku bersama
wanita yang baru kukenal beberapa bulan. Gengsi lah, aku kan pemalu dengan
wanita. Ha…ha…
Tepat dipenghujung tahun 2012 ini
dia berulang tahun. Sebagai suami yang baik, tak boleh lupa. Ini moment yang
tepat untuk mengungkapkan cinta. Bagaimanalah, aku kan tipe pemalu
mengungkapkan perasaan.
Sejam yang lalu sudah kulatih didepan cermin. Saat kuputuskan untuk
meneleponnya dari tempat kerja, bukan ucapan saying dan selamat ulang tahun
yang keluar. Justru pertanyaan bodoh. “ Hari ini masak apa”. Sudah!! kacau. Kututup telepon dengan salam yang
masih kaku. Dan akhirnya memang jalan yang baik aku akan menulis surat
untuknya. Aneh. Memang. Tak apalah.
Istriku, sayang …
Setengah din telah kita peroleh, semoga kita
memperoleh kesempurnaan din dengan menggapai setengah lainnya.
Status sebagai istri telah engkau sandang semoga…
Dirimu bisa menjadi istri yang sholehah, penyejuk
hati, penjaga harta dan kehormatan, tempat berkeluh kesah dikala gundah, tempat
mengadu dikala lara, tempat bersandar dikala goyah, tempat berbagi kegembiraan,
penentram hati dikala cemas, pelipur lara dikala duka, pemompa semangat dikala
berat, penguat dikala lemah, penerus keturunan, dan teman dalam
perjuangan, bagi suami tercinta, pujaan hati.
Semoga dirimu bisa menjadi istri seperti … Zulaehah
bagi Yusuf. Fatimah bagi Ali. Dan
Khadijah bagi Rasululloh SAW.
Dan semoga Allah mengkaruniai kita dengan keluarga
yang sakinah mawaddah wa rahmah.
Duhai istriku,…
Aku berdoa dan memohon kepada Mu…
Semoga Allah menumbuhkan dan menguatkan ikatan cinta
diantara kita, sebentuk cinta karena rahmat Allah Yang Maha menyatuka hati.
Semoga Allah memberkati kita dalam kesenangan dan
dalam kesempitan, melimpahi kita dengan ketaatan kepadaNya, menghidupkan kita
dengan makrifatNya, memberkahi kita dengan keturunan yang sholeh, sholehah,
yang menjadi biji mata, penyejuk hati, pembuka rahmat., pintu ilmu, dan penebar
rasa aman bagi semua.
Istriku,…
Semoga Allah melimpahi kita dengan rezeki yang halal,
thoyib dan barokah. Dan mematikan kita dalam maghfirahNya. Amin yaa Rabbal
‘alamin.
Sebuah
persembahan untuk istri dihari lahir ke 28.
Suami
_Farid_
Kulipat dengan
rapi, dan kuselipkan diantara tumpukan baju dalam almari. Tempat dia biasa
meletakkan uang bulanan kami. SURPRISE.
Tak satu atau
dua kali saja kutulis surat untu knya. Dalam moment seperti kelahiran anak
pertama, aku juga tak lupa menulis surat. Setidaknya bagi ku menyampaikan
perasaan tak harus langsung dengan bertatap muka, menyampaikan isi hati dengan
menulis surat juga sudah mewakili perasaanku kepadanya. Dengan surat, aku bebas berekspresi
dengan k ata yang mendayu dan mengharu biru yang tak mampu ku ucapkan ketika
aku bersitatap dengannya, sampai sekarang.
Termasuk saat sore
itu ditahun kedua pernikahan kami. Kami bertengkar. Tak ada suara beradu ramai.
Tak pula piring dan gelas pecah berserakan akibat pertengkaran kami. Tapi cukup
membuat dia menangis. Aku bingung. Aku ikut mengurung sebentar dikamar,
mengambil hape, menulis surat di layar pesan.
Sayang, …
Maaf. Aku belum mampu menjadi suami seperti yang
engkau harapkan. Belum mampu menjadi
suami yang mampu memenuhi permintaan sederhanaa mu.
Ku kirim pesan
itu, kudengar hape dibalik kamar berbunyi, tanda terkiri,m mungkin sedang ia
baca.
Ahhh…. Masih
dengan tangis dia menghambur kepadaku dengan senyum.
Posting Komentar