SURAT

Rabu, 21 Agustus 2013 0 comments


 ####tulisan 2####
Banyak orang  berkata “ Jodoh mu bisa dilihat dari kemiripan kamu dengan pasanganmu.
”Apa kamu  percaya ?. Dan masih kata mereka wajah kita sama, maka kita ditakdirkan  Allah untuk bersatu. Begitukah ? Padahal kataku apanya yang sama, lihat. Kulitku putih, kamu coklat sawo matang. Hidungku mancung, hidungmu biasa. Mataku sipit, mata kamu bulat bola kelereng. Alisku lebat, alismu kebalikanku.  Jadi memaksalah mereka yang  mengatakan  wajah  kita mirip.

Kalau tak sama wajah, tentu  kebiasaan  kita sama. Masih mengikuti apa kata mereka. Bahkan mereka tak akan mengira kalau hobymu suka karate, sedang aku suka merawat bunga.
Tapi jika mau dipaksakan mencari kesamaan. Kita memang sama-sama jatuh cinta pada pandangan pertama  yakni saat ijab qobul terucap. Saat kau mencium tanganku.
Perkenalkan namaku Farid. Bujang yang baru menikah dengan seorang gadis bernama Farida. Gadis cantik yang dijodohkan  ibu untukku. Meski secara kecantikan masih kalah dengan wanita paruh baya  dirumah, wanita yang melahirkan dan mendidikku. Ya, siapa lagi Ibu sudah menjadi teman dan orangtua. Sudah biasa saya bercanda dan bergurau dengan ibu. Untuk masalah  jodoh bukan  tak mampu  mencari sendiri, aku sibuk.
Selain tidak banyak yang sama, kami juga sama tidak banyak bercakap. Padahal sejatinya aku laki-laki humoris. Mungkin kali ini beda, aku bersama wanita yang baru kukenal beberapa bulan. Gengsi lah, aku kan pemalu dengan wanita. Ha…ha…

Tepat dipenghujung tahun 2012  ini dia berulang tahun. Sebagai suami yang baik, tak boleh lupa. Ini moment yang tepat untuk mengungkapkan cinta. Bagaimanalah, aku kan tipe pemalu mengungkapkan perasaan.
Sejam yang lalu sudah kulatih didepan cermin. Saat kuputuskan untuk meneleponnya dari tempat kerja, bukan ucapan saying dan selamat ulang tahun yang keluar. Justru pertanyaan bodoh. “ Hari ini masak apa”. Sudah!!  kacau. Kututup telepon dengan salam yang masih kaku. Dan akhirnya memang jalan yang baik aku akan menulis surat untuknya. Aneh. Memang. Tak apalah.
            Istriku, sayang …
Setengah din telah kita peroleh, semoga kita memperoleh kesempurnaan din dengan menggapai setengah lainnya.
Status sebagai istri telah engkau sandang semoga…
Dirimu bisa menjadi istri yang sholehah, penyejuk hati, penjaga harta dan kehormatan, tempat berkeluh kesah dikala gundah, tempat mengadu dikala lara, tempat bersandar dikala goyah, tempat berbagi kegembiraan, penentram hati dikala cemas, pelipur lara dikala duka, pemompa semangat dikala berat, penguat dikala lemah, penerus keturunan, dan  teman dalam  perjuangan, bagi suami tercinta, pujaan hati.
Semoga dirimu bisa menjadi istri seperti … Zulaehah bagi Yusuf.  Fatimah bagi Ali. Dan Khadijah bagi Rasululloh SAW.
Dan semoga Allah mengkaruniai kita dengan keluarga yang sakinah  mawaddah wa rahmah.
            Duhai istriku,…
            Aku berdoa dan memohon kepada Mu…
Semoga Allah menumbuhkan dan menguatkan ikatan cinta diantara kita, sebentuk cinta karena rahmat Allah Yang Maha menyatuka hati.
Semoga Allah memberkati kita dalam kesenangan dan dalam kesempitan, melimpahi kita dengan ketaatan kepadaNya, menghidupkan kita dengan makrifatNya, memberkahi kita dengan keturunan yang sholeh, sholehah, yang menjadi biji mata, penyejuk hati, pembuka rahmat., pintu ilmu, dan penebar rasa aman bagi semua.
Istriku,…
Semoga Allah melimpahi kita dengan rezeki yang halal, thoyib dan barokah. Dan mematikan kita dalam maghfirahNya. Amin yaa Rabbal ‘alamin.
                                                Sebuah persembahan untuk istri dihari lahir ke 28.
                                                                        Suami _Farid_

Kulipat dengan rapi, dan kuselipkan diantara tumpukan baju dalam almari. Tempat dia biasa meletakkan uang bulanan kami. SURPRISE.
Tak satu atau dua kali saja kutulis surat untu knya. Dalam moment seperti kelahiran anak pertama, aku juga tak lupa menulis surat. Setidaknya bagi ku menyampaikan perasaan tak harus langsung dengan bertatap muka, menyampaikan isi hati dengan menulis surat juga sudah mewakili perasaanku  kepadanya. Dengan surat, aku bebas berekspresi dengan k ata yang mendayu dan mengharu biru yang tak mampu ku ucapkan ketika aku bersitatap dengannya, sampai sekarang.
Termasuk saat sore itu ditahun kedua pernikahan kami. Kami bertengkar. Tak ada suara beradu ramai. Tak pula piring dan gelas pecah berserakan akibat pertengkaran kami. Tapi cukup membuat dia menangis. Aku bingung. Aku ikut mengurung sebentar dikamar, mengambil hape, menulis surat di layar pesan.
            Sayang, …
Maaf. Aku belum mampu menjadi suami seperti yang engkau  harapkan. Belum mampu menjadi suami yang mampu memenuhi permintaan sederhanaa mu.
Ku kirim pesan itu, kudengar hape dibalik kamar berbunyi, tanda terkiri,m mungkin sedang ia baca.
Ahhh…. Masih dengan tangis dia menghambur kepadaku dengan senyum.
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. My Note's - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger