TAK SESUAI

Rabu, 21 Agustus 2013 0 comments


### tulisan 1###
Semua mata memandangku. Layaknya aku terdakwa yang tervonis. Padahal aku sedang menghadapi sepiring nasi.
Sejenak ku hentikan tangan yang siap mengirimkan nasi ke moncong mulutku. Nasi tinggal sesuap. Urung demi melihat mata-mata yang mengawasiku dengan seksama.
“Maksudmu ? 2 bulan”. Sambil meletakkan piring kosong diatas meja, Bapak masih dengan mimik setengah kaget dan setengah tersedak meminta air pada simbok yang duduk disebelahnya.
Aku manggut-manggut, tanpa menoleh kepada Bapak, masih asyik menjilat barokah akhir dari suapan terakhir. Menirukan kelakuan Bapak, meletakkan piring diatas meja tanpa berniat menambah nasi kembali.
“ Ora dolanan, le. Rong wulan kuwi cepet, selak kesusu ngapa? Masih dengan gelas ditangan, bapak mencercaku lagi.

Kini aku sibuk meremas-remas ujung kaos, berharap menemukan alasan yang masuk akal untuk Bapak yang kolot dan alot dengan pendirianya. Ini kali kedua aku pulang dari perantauan dipulau seberang. Meminta orangtua menjadi wali, melamar seorang wanita, disanalah kutemukan wanita yang kupilih menjadi jodoh yang tepat untuk hatiku. Masalah datang justru dari pihakku. Bapak keukeh dengan pendapatnya, boleh menikah asal menunggu 2 tahun lagi.

 “Pacaran dulu. Menurut kitab primbon Bapak, weton mu, dino apik, yang membuat rejeki kamu nanti lancar sesudah menikah itu jatuh ditahun kedua. Sabar dhisik”. Bapak tak memperhatikan mimik mukaku yang kuyu, sibuk dengan buku lusuh ditangannya.
Adalah bapak, lelaki  berusia 60 tahunan, hidup dengan prinsip jawa nya, kitabnya satu buku coklat yang sekarang berada ditangannya 'primbon'. Apapun masalahnya solusinya satu buka primbon, mulai dari yang kecil sampai yang besar.  Mau membangun rumah, buka primbon. Hadap ke utara nanti rejekinya mengalir terus. Sampai urusan membuat jamban, harus sesuai dengan aturan primbon, "harus di luar rumah, tak boleh masuk dalam. Tepat di hadapan pintu menjorok keluar lebih baik". Jadilah jika engkau bertandang ke rumah sederhanaku, engkau akan dapati kamar mandi berada tepat di depan rumahku.

Kini aku yang uring-uringan. 2 tahun! Mana tahan. Bisa-bisa wanita idamanku di ambil orang.
Sedang dari pihak perempuan, memberi saran lebih cepat lebih baik. Perbuatan yang baik jika dilakukan dengan segera akan baik pula. Kata yang kusetir dari calon mertua.
2 tahun bagi bapak dan ibu, waktu yang cukup untuk mereka mempersiapkan segala macam menjelang pernikahan. Sebagai anak mbarep, digadang-gadang mereka menjadi pembuka rejeki.

Termasuk dalam urusan ini. Malam ini, urusan ini masih sama, tak ada titik temu bagiku. Bagi mereka masih sama, 2 tahun lagi. Kesedihan mendera, kupilih sendiri berteman malam, masih berharap dengan sebaris do’a meluluhkan batu karang dihati mereka.
Bagiku sederhana. Menikah dengan sederhana.
Bukan mengada-ada jika tak ada yang harus dipersiapkan kecuali mahar sang pengantin, toh...dia dan aku sang aktor utama telah siap menjalani ini semua. Pun bagi mereka, urusan ini rumit, tak sesederhana yang kupikirkan dan ku pahami selama ini. Perbaikan rumah menyambut tamu, undangan semua famili, katering, baju seragam, hantaran, kemeriahan acara, pekerjaan mapan, dan lain-lain yang kulupa dan tak kumengerti apa maksudnya.

Bukankah menikah adalah menyempurnakan separuh agama?

Bukankah pernikahan yang sederhana, tanpa memaksakan kehendak lebih barokah adanya, ketimbang bermewah berakhir hutang. Malam semakin larut, tak ku tahu sedari tadi simbok mengamatiku dari balik pintu. Membuka keheningan lamunanku.
“Le, ..... “berjalan mendekat mengamati tingkah polah anak mbarepnya.
“mbok sedih, melihat kamu sedih. Mbok, ndak pingin anak laki-laki cengeng. Mbok, usahakan urusan ini jadi sederhana seperti pintamu. Kamu berdo’a, mbok bisa membujuk hati bapakmu yang keras”.
Seperti yang lalu-lalu simbok selalu mampu menjadi penengah ketegangan, pembuka masalah yang rumit, peneduh hatiku yang gundah, senyum ngayomi. “maturnuwun, mbok” kucium berulang-ulang tangan yang telah mengeriput dihadapanku. Do'a mu simbok. _ ......._
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. My Note's - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger