Memiliki anak.
Itu berarti siap dengan macam tantangannya.
Anak pertama, kedua, ketiga, mereka tak sama.
Benar beda, baik dari segi fisikly maupun karakter nya.
Azka, dengan nama lengkap Saroh Azka Salsabila, lahir tanggal 21 Januari.
Usianya kini menginjak 5 tahun 10 bulan, karakternya keras, menuruni sang Umi.
Sejak masih bayi sudah terlihat aktif, menyukai aktifitas fisik.
Panjat pohon, panjat tangga, panjat meja, yang belum pernah dicoba panjat pinang 17 belasan, (hee...semoga gak ikut-ikutan lomba itu ya).
Segi fisik, sangat kentara menuruni sang Abi, cokelat.
Kedua, Umar Said Abbdullah Aziz.
Usianya 4 tahun 3 bulan, ketika bayi dia terlahir premature 1,7 ons usia kandungan 7 bulan. Alhamdulillah, dia besar diluar, perkembangannya lancar.
Seperti bayi-bayi lainnya yang terlahir Caesar, Aziz cenderung takut dengan gelap.
Ketiga, Maryam Syahidah.
Nama yang indah. 2 tahun 5 bulan, sudah fasih berbicara, tak ada cedal ketika menyebut nama orang dengan inisaial R.
Bahkan sering dengan sengaja memanggil nama dengan mengakhiri dengan huruf R "Umi Ana rrrr".
Bagi beberapa orang, menganggap memiliki banyak anak terlihat sangat merepotkan dan mengganggu apalagi dizaman sekarang.
Apa tantangannya memiliki mereka bagi saya???
Ketika semua ngumpul, jangan ditanya.
Hebohhh. Repot ? ya namanya juga anak, nggak mau repot ya jangan punya anak (hehehe, guyonan saya saja lho ya, jangan dimasukkan ke otak tapi cukup di hati saja)
Ada saja yang mereka rebutkan, mulai dari makanan, minuman bahkan Umi. Jika mainan bisa dibeli 3 lhah kalo Umi. Lain hari, sehabis mandi mereka bertiga berebut Umi, Maryam didepan, Aziz disamping, kak Azka dibelakang, minta digendong semua, untung gendong Umi masih bisa disiasati seperti itu.
Ada kalanya, emosi ku juga bisa memuncak manakala mereka bebarengan menangis bersama.
Aziz mencakar, sang adik membalas menggigit, sang kakak nomor satu jadi pahlawan kesiangan membela sang adik perempuan dengan menambah mencubit.
Sungguh sulit dalam keadaan seperti itu menjadi ibu yang bijak. Sabar bukan lagi kata yang sederhana. Marah bukan lagi tindakan yang mudah untuk dikekang. Jika hati lega, saya hanya ber Hhhhhh,...sambil mendiamkan dahulu mereka.
Melerai untuk kemudian menasehati.
Menasehati dengan bahasa anak-anak.
Anak-anak!! kalian memang ujian hati bagi Umi.
Semoga Umi dapat lulus ujian menjadi Umi yang baik.
#catatanuntuk anak-anak#
Posting Komentar