Tuhan... kutitip pesan

Minggu, 01 Desember 2013 0 comments


Aku tak mengira akan duduk sendiri disini
Berhadap dengan seorang laki-laki paruh baya
Menjawab setiap pertanyaan yang ia ajukan
Aku lebih banyak diam, GROGII!
Sekali dua kali tersenyum melelehkan wajah yang beku dan kaku
Kulihat sang bapak membuka-buka lembaran hasil tulisan tangan milik Azka.

Sebelumnya ....
Tak seperti kebanyakan anak lain yang diantar dua pasangan sempurna
"Ayah dan Bunda"
Anakku terlihat tak percaya diri memasuki ruangan kreativitas tempat tes masuk Sekolah Dasar berlangsung. Dia malu-malu dibelakangku. Sejatinya, dialah yang menguatkanku untuk memilih sekolah ini. Aku maklum dia malu dengan yang lain, ku anggap wajar saja. Ku antar ia sampai dimeja yang ditunjuk.Ku tinggalkan dirinya dengan hati yang galau, aku berkeringat dingin.
Gelisah, mondar-mandir dihadapan kelas mengalahkan setrikaan dirumah.
Aku sendiri tak tahu menahu sebab apakah aku berbuat demikian. Syndrome orangtua baru yang mengantar anaknya tes masuk sekolah.

Aku masih dihadapannya. Siap dengan pertanyaan selanjutnya yang akan diajukan
" Baru Iqro satu ! Ibu sibuk ya (mengamatiku dengan kerudung besar)"
Plakkkk!!!! palu godam yang tak hanya dipukulkan tepat dikepala plus juga tamparan.
Ciusssss.....memerah darah mukaku. Bukan malu-malu mau, berbunga-bunga. Apalagi marah dengan pernyataan sang bapak. Aku malu kenyataannya seperti itu. Anaku oh anakku yang kubanggakan masih di Iqro satu.
Pastilah sang Bapak menebak aku ini Ibu berkerudung besar yang tak becus mendidik anaknya sendiri.

"Pekerjaan ibu"
"Teacher" (Bapak, sang penanya berhenti sebentar)

Ya, tentu dia semakin kubuat bingung. Mendapatkan nilai yang pas-pas_an dengan sebuah kenyataan Orangtua berkerudung dan seorang guru.

Menelusuri seasion tanya jawab selanjutnya, berganti penanya. Kini seputar keluarga.
Belum dibukanya map hijau.
Suaranya terdengar berwibawa "PCM"
"Datang dengan suami, Ibu" Aku menggeleng tersenyum. "Dari keluarga utuhkan"
"Tidak" aku menjawab singkat. " Broken home, bercerai?" bapak memberondongkan pertanyaan.
"Suami saya meninggal" ( Ku lihat sang bapak melunak ).


Ahhh....andai tak karena kewajiban orangtua untuk melakukan wawancara sebagai persyaratan masuk sekolah yang akan Azka masuki tentunya aku tak akan mau.
Duduk sendiri, dengan semua mata memandangku.
Aku tak tahu apa yang ada di pikiran masing-masing mereka. Ambil saja ibrahnya.

Aku keluar ruangan, Azka sudah mengikutiku dari belakang. Tersenyum manis, Senang ia akan bersekolah disini.
Dalam bisikku "Jika ini yang terbaik untukmu, tak akan kemana, sayang"
Angin berhembus membawa kata-kataku ke angkasa. Tuhan.....kutitip pesan ini untuknya.
Dan ku percaya dia disana juga kan tersenyum.


***



Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. My Note's - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger