Blank

Kamis, 06 Juni 2013 0 comments


Pukul 23.31, Yogyakarta.

Masih berkutat dengan seabrek pekerjaan.

Setelah menyelesaikan tiga ember besar tumpukan baju bau ompol, dilanjutkan dua narasi pekerjaan kantor, soal tes akhir semester, sekarang ingin melanjutkan sebuah cita-cita yang mengawang.

Seperti yang pernah saya baca ada pepatah arab mengatakan seperti ini, “Man thalabah ‘ula sahiral layali” siapa yang ingin mendapatkan kemuliaan, maka bekerjalah sampai jauh malam. Saya terlecut dengan pepatah arab itu, ingin meraih kemulian tersebut.

Cita – cita mengawang saya yakni dapat membuat sebuah buku hasil karya tangan saya sendiri. Meski itu masih jauh, tak mustahil, “Man Jadda wajada”, siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil!!

Melakoni peran double sebagai single parent. Kamu tahu artinya, diperlukan kerja yang lebih keras dari orang biasanya.

Beberapa langkah yang akan saya ambil untuk memenuhi cita-cita saya ini :

Pertama, banyak membaca buku referensi dari penulis-penulis best seller, mempelajari bahasa kata dan juga seluk beluk penulisnya.

Kedua, bergabung dalam sebuah komunitas penulis.

Ketiga, menulis dan meng uploadnya agar dapat dibaca oleh orang lain, serta menerima masukan baik yang manis maupun yang pedas sekalipun.

Keempat, terus menulis setiap hari. Mengirim naskah ke penerbit. Pantang menyerah dan siap ditolak.

Kelima, setelah hal-hal diatas terlaksana, serahkan hasilnya pada Allah SWT. Dengan memperbanyak do’a.

Pukul 00.00

Waktu sudah menunjukkan kalau sebentar lagi hari akan pagi. Ide bermunculan tak terbendung. Kesulitan saya menuangkannya kedalam tulisan yang enak untuk dibaca. Jika terus seperti ini, satu pun tulisan tak akan saya hasilkan malam ini. Saya bertanya apakah mereka yang berprofesi jadi penulis mengalami hal serupa yang saya alami saat ini, ya?? Kepada Habiburrahman El Shirazy, Tere Liye, A Fuadi, mbak Helvi dan lainnya yang mana bukunya saya suka. Sayang pertanyaan ini hanya menggantung di awing-awang kamar, tak pernah terlepas menjadi kata yang tersusun dan terluncur dalam mulut.

Malah!!! Kini saya bikin mie goreng, laparrr.

Mie Instan begitu tulisan yang tertera dibungkus warna putih dengan sebuah merk yang sedang naik daun dengan iklannya “Jadi! Ayamku”.

Meski Instan, saya masih harus pergi meninggalkan tempat duduk, menyalakan kompor, mengisi panci dengan air dan menunggunya sampai air itu berbunyi “Blutuk…blutuk” baru!! mie dimasukkan.

Belum selesai! Masih menunggu barang 3 menit. Tiriskan, aduk dengan bumbu dalam sebuah piring. Dari awal sampai akhir pembuatan mie yang katanya Instan tadi saya menghabiskan waktu kurang lebih 10 menit. Waktu yang diperlukan menunggu agak adem dan memakannya memerlukan waktu 22 menit.

Instan saja masih perlu usaha dan waktu, pikirku sembari menikmati nikmatnya mie goreng.

 “Jadi!!! Tulisanku…….”

 
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. My Note's - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger