Harus Realistis

Selasa, 29 Oktober 2013 0 comments


Hidup memang realistis, butuh materi.
Teleponku berdering.
Beberapa kali.
 Kesibukan liburan bersama ketiga buah hati, menyita perhatianku dan menggeser untuk beberapa saat tak mengindahkan panggilan Hp.
Telepon itu kembali berdering, kali ini kuangkat.
Suara diseberang sana merdu menyapaku lembut.
“ Bagaimana, miss?? Bersedia kan menjadii guru untuk anak saya. Kami siap mengantar anak kami ke kos. Atau menjemput dan mengantar miss. Tolong anak saya dalam belajar ya miss, dia membutuhkan bimbingan khusus.”
Hatiku bergejolak antara mengiyakan dan menolak.
Bagaiman tidak. Ini kesempatan langka yang menyapa, kesempatan menambah income dan kasihan juga anak itu perlu bantuan saya.
Menolak.
Bagaimana dengan anak-anak saya?? Waktu mereka akan tersita lagi.
Meski satu jam.
Kali ini saya tak bisa beralasan, jawaban telah ditunggu suara diseberang sana, ini kali kedua dia meminta saya.
“Iya ibu. Saya meminta maaf belum bisa membantu ananda dalam memberikan tambahan pelajaran”
Ada nada kecewa dari penolakan saya kepada suara lembut milik sang ibu. Maaf.
Hidup memang realistis, realistis juga dengan keadaan saya.
 Sebagai manusia yang hidup berdampingan dengan yang lain, materi menjadi ukuran , meski tak selalu.
Saya pun tak menafikan, bahwa saya juga butuh materi untuk hidup.
Realistis juga, manfaat dan mudharatnya, kali ini saya yakin dengan pilihan saya.

Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. My Note's - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger