Seorang teman penggila buku (sama, gitu!! gilanya) pernah
berkelakar serius dengan sang kekasih, jika nanti kita akan menikah aku meminta
mahar, satu set rak buku dan seisinya.
Glekkk!!! Hahaha...ada-ada saja yee teman saya ini.
Buku. Senang sekali ya, rasanya saya teramat sering
berbicara tentang buku, kayak tak ada materi
lain selain perbukuan.
Memang. Gak ada yang menarik selain buku dan buku.
Saat kepindahan rumah dari Solo ke Purwodadi, 3 tahun yang
lalu.
Barang yang berharga dirumah, bisa dihitung jumlahnya.
Saya meminta hanya satu pick up (mobil bak terbuka biasanya
untuk mengangkut pasir itu lhoo), tak perlu balik atau tak perlu sewa truk.
Padahal 2 tahun sebelumnya, ketika pindah kontrakan, 3 kali
bolak-balik dengan mobil pick up.
Terus, barang-barang lainnya gimana?...
Yup...kalian akan tahu.
Satu muatan pertama
berisi perabot rumah tangga yang kebanyakan peralatan masak, saking hobby
masak.
Ibu pernah nyletuk
“welah, perkakas ibu kalah jauh”.
Muatan kedua berisi kardus, kardus dan kardus.
Isinya apalagi kalo bukan bertumpuk-tumpuk buku.
Meski kontrakan
pertama kami, yang kami tempati selama 2 tahun itu sederhana, tipe 21.
Buku akan menghias diruang tamu, siapa saja boleh baca,
boleh pinjam, yang gak boleh kalo habis baca gak dibalik in.
Virus suka buku, sebenarnya dibawa oleh suami.
Dia lebih gila dalam membaca, buku koleksinya berkisar
tentang buku-buku Islami.
Super tebal, super jlimet bahasanya, dan super yang lain.
Beda sekali dengan saya yang lebih suka baca cerpen,
majalah, koran dan novel.
Lebih ringan bahasanya “ngelesss”.
Kurang lebih delapan kardus besar, berisi buku milik suami.
Selebihnya milikku.
Bacaan dan materi buku yang dimiliki dan disukai suami,
hampir semua membuatku belajar, saat ini. Ketika dulu kami bersama, saya sering
enggan membaca bukunya, saya lebih senang transferan dalam bahasa yang ia
ceritakan.
Saya lebih suka bertanya kepadanya ketika ada suatu
permasalahan, meski terkadang dia akan membuka kamus kitab suci Al Qur’an atau
buku-buku keislaman miliknya.
Barang ketiga yang memenuhi beranda rumah mungil kami
adalah, pot bunga dan isinya.
Hobby kami menanam bunga, sayur, pohon, semua dalam pot, “Go
green”, kilah kami serempak. Ciyeee... betul lhoo,...saat semua media
berkoar-koar tanam seribu pohon, kami dengan tertibnya juga ikut menanam pohon
di pot.
Berpuluh-puluh pot bunga seisinya, per mebel_an, mesin jahit
dan pakaian suami.
Saya tinggal sebagai kenang-kenangan untuk teman.
Untuk buku, sudah pasti saya bawa semua.
Dan. Itulah warisan terbaik dari Suami.
Semoga engkau disana, tenang disisiNya.
Amin_
Posting Komentar